Selasa, 10 Januari 2017

MENCEGAH ANAK DARI SINETRON DAN MEDIA SOSIAL

             

Perilaku menyimpang pada anak sudah meluas. Dan hal ini tidak bisa dianggap sepele. Anak berpacaran, dan berkata yang tidak baik, itu semua adalah hal-hal yang mereka lakukan dengan bebasnya. Mereka tidak lagi takut pada aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua, malah mereka merasa bebas karena orang tua mereka yang sama sekali tidak mengatur kehidupan mereka.
           

Apa yang menyebabkan anak melakukan hal tersebut? Anak adalah peniru yang baik, mereka dapat menirukan apapun yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya dengan baik, bahkan perilaku yang buruk sekalipun. Mereka menirukan apa yang mereka lihat, dan melihat bahwa apa yang dilihatnya adalah hal yang wajar, karena mereka tidak diberi tahu bahwa apa yang dilihatnya adalah perilaku yang tidak baik. Maka dari itu, anak akan menirukan apa yang mereka lihat tanpa merasa bersalah.
           
Sebenarnya, apa yang anak lihat, sehingga menirukan hal-hal yang tidak baik? Apa yang dilihat oleh anak—pada saat ini—adalah tayangan-tayangan di televisi yang seharusnya tidak dilihat oleh mereka. Pada saat menonton televisi, mereka dengan bebas memilih tayangan yang ada, tanpa pengawasan dari orang tua. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan, karena apa yang dilihat oleh anak belum tentu baik bagi anak. Yang lebih buruk adalah ketika orang tua menonton televisi, si anak juga ikut menonton, padahal yang ditonton adalah tayangan yang bukan untuk anak—sebagai contoh, sinetron. Orang tua yang membiarkan anaknya menonton sinetron, sama saja membiarkan anaknya menonton hal-hal yang asing bagi anak, dan belum tentu baik bagi anak. Seharusnya, ketika orang tua menonton sinetron, dan si anak ikut menonton, orang tua harus mengganti tayangan tersebut dan memberitahu kepada anaknya bahwa tayangan tersebut bukan untuk anak. Atau, lebih baik mematikan televisi.
            
Selain sinetron, ada lagi yang membuat anak menirukan hal yang tidak baik, yaitu media sosial. Media sosial sangan identik dengan gawai (gadget), yang saat ini hampir seluruh orang menggunakannya, termasuk anak-anak. Anak-anak masih memerlukan bimbingan dari orang tua dalam penggunaan gawai. Anak yang tidak diawasi oleh orang tuanya, akan bebas menggunakan aplikasi pada gawai, terutama media sosial. Padahal, seperti yang kita ketahui, konten media sosial sama seperti tayangan televisi, belum tentu baik bagi anak, malah cenderung banyak yang tidak baik. Karena konten yang tidak baik malah banyak, anak berpikir bahwa hal tersebut wajar bagi orang-orang. Hal ini yang menyebabkan anak menirukan apa yang mereka lihat di media sosial.
            
Maka dari itu, peran orang tua sangat penting dalam kehidupan anak, terlebih pada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jika anak berperilaku baik, orang tua pun dianggap, dan jika anak berperilaku buruk, orang tua juga akan dianggap tidak baik.